Prologue
Waktu Sebelum Reinkarnasiku
Namaku Nagi, aku sedang menikmati hidupku tapi ketika aku
mati, itu kematian yang cukup sederhana. Penyebab kematianku adalah kehabisan
napas. Aku bukannya dicekik oleh pacarku karena selingkuh atau sejenisnya.
Aku hanya makan banyak kue beras dengan cepat.
Saat itu aku sedang memakan kue beras yang dijual di
supermarket, dipanggang dalam sebuah oven murah dan kemudian dipotong menjadi beberapa bagian.
Meskipun aku sudah mengunyahnya sebelum menelannya, kue itu masih tersangkut di
tenggorokanku. Itu adalah kesalahanku karena aku sedang makan kue beras
sendirian jadi hal itu tidak bisa dihindari. Ya sudahlah, lagipula aku tidak
bisa melakukan apapun tentang itu.
Meskipun aku jarang berinteraksi dengan tetanggaku, aku saat
itu berada di depan pintu rumah tetanggaku dan dengan panik memencet bel rumah
serta mengetuk-ngetuk pintu mereka. Sayangnya, kedua tetanggaku sedang tidak
ada di rumah.
Dalam kepanikanku, aku meninggalkan teleponku di atas meja di kamarku.119? Ataukah 110? Seharusnya aku menghubungi mereka terlebih
dahulu sebelum pergi meminta batuan ke tetanggaku.
Dalam usaha terakhirku, aku mencoba mendorong keluar udara
dalam paru-paru menggunakan pegangan tangan aluminium di koridor apartemen.
Aku merasa pusing dan terjatuh di koridor. Kue berasnya
tetap tidak bisa keluar, sebaiknya aku menyerah saja...
Aku punya seorang teman yang sering berkunjung ke ruanganku
dan aku memintanya untuk [Hancurkan Harddiskku.] kalau aku mati jadi aku tidak
punya penyesalan lagi, kupikir.
...semuanya terlihat putih. Dan rasanya seperti sedang
mengapung. Juga ada seorang pria tua...
Aku seorang atheist, jadi aku hanya percaya pada apa yang aku
lihat.
Tapi, sepertinya Tuhan itu nyata.
[Kamu~, Aku hanya kebetulan melihat tapi,
kematianmu cukup menarik ya.]
Ada seorang pria tua yang terlalu jujur dihadapanku. Karena
aku orang Jepang, ku kira di dunia setelah kematian, aku akan menerima
penghakiman dan dikirim ke surga atau neraka tapi, ketika aku melihat
sekelilingku, ada Dewa yang muncul.
Dia tampak persis seperti karakter dari stiker wafer cokelat
yang kulihat saat aku masih kecil.
[...apakah kamu...... Kami-sama?]
[Secara teknis itu benar tapi, kenapa ada jeda panjangnya?]
Aku harus menjawab dengan sopan kan?
[Aku orang jepang tapi, apa kamu tidak memiliki sebutan lain
di daerah lain? Aku akan diadili setelah
ini jadi bukankah aku seharusnya pergi ke sana?]
[Apakah kamu tidak kesal dengan caramu mati? Karena aku
telah melihat sesuatu yang menarik, aku akan mereinkarnasimu. Bagaimana?]
Kakek tua ini dengan bangganya mengatakan sesuatu yang
kasar!
[Reinkarnasi? Maksudmu seperti yang ada di SF atau Fantasi
novel?]
[Kurang lebih begitu. Tapi kamu tidak akan direinkarnasi ke
Bumi.]
[... ini menjadi semakin mirip dengan cerita-cerita itu.]
[Dengan kata lain, kamu akan dikembalikan ke tanah.]
Apa yang harus kulakukan? Aku ingin menanyakan beberapa
pertanyaan dan kalau kondisinya bagus, mungkin itu bukan ide yang buruk untuk
reinkarnasi. Tidak ada salahnya menanyakan beberapa hal lagi.
[Bolehkah aku bertanya?]
[Tentu]
[Apakah ingatanku akan hilang ketika reinkarnasi?]
[Ingatanmu tidak akan hilang.]
[Apakah aku akan mendapat perlakuan baik dan mendapat sesuatu
seperti kemampuan khusus?]
[Maksudmu seperti cheat sistem? Yaa, aku akan memberimu
perlakuan spesial karena aku akan memberitahu dewa-dewa lain aku baru saja
melihat sesuatu yang menarik.]
[Dunia seperti apa yang nanti kureinkarnasi?]
[Kurasa itu seperti cerita fantasi populer di Bumi. Bisa
dibilang seperti abad pertengehanan, sepertinya.]
[Sepertinya?Yaa, baiklah. Apakah aku akan tereinkarnasi
menjadi manusia?]
[Tentang itu, itu tergantung dari dewa yang ada disana. Dia
adalah dewa yang nonkonformis jadi, mungkin kamu tidak akan menjadi manusia.]
[Apakah kamu kenal dia...?]
[Kita kadang-kadang minum bersama.]
Apa yang sebaiknya kulakukan..... Karena aku akan memiliki
ingatanku, aku mungkin akan “terlihat seperti anak kecil tapi dalamnya sudah
30+” hal yang sudah biasa dalam novel reinkarnasi. Dan mungkin itu hal yang
bagus melakukan berbagai hal disana dengan ingatanku utuh.
[Karena aku tertarik, tolong reinkarnasi aku.]
[Apakah itu karena gambar-gambar yang ada di Pcmu. Disana
ada banyak “hal-hal” semacam itu.](
͡° ͜ʖ ͡°)
[Jii-san... kenapa kamu bisa tahu tentang itu...]
[Aku penasaran jadi aku membaca pikiranmu.]
[Oh....]
{Kamu tidak masalah terlahir kembali sebagai seorang
perempuan kan? Kalau kamu hidup sebagai perempuan, hal terburuk yang mungkin
terjadi adalah kamu diperkosa oleh orc atau semacamnya.]
[Gakkk!]
[Yaa, aku akan menyampaikannya pada dewa yang ada disana.]
[Serius, tolong jangan!?]
[Aku mengerti... Aku mengerti jadi tenanglah dan nikmati
kehidupan kedua mu.]
Tidak ada komentar
Posting Komentar