Chapter 2
Latihan
Sejak itu, 1 tahun sudah berlalu. Aku telah dapat memahami
situasi ku. Sekarang banyak hal yang dapat ku pelajari mengenai situasiku. Ini
bukanlah Jepang, jangankan Jepang, ini bahkan bukan planet bumi. Hari itu di
toko serba ada aku terbunuh oleh perampok, dan sekarang aku berada di dunia
yang disebut Hekato, di sebuah Kerajaan yang bernama Kerajaan Holy Van Damme. Aku
agak kebingungan dengan situasiku saat ini, tapi sepertinya aku telah mengalami reinkarnasi.
Sekarang namaku adalah Christoph von Bryutzels – Itu nama
yang mustahil ada di Jepang. Aku tampak seperti seorang anak berusia 12 tahun
dengan rambut pirang dan bermata biru.
Christoph yang berusia 11 tahun sudah sakit sejak laihr.
Apakah aku mengambil alih tubuh Christop, atau ingatanku sebelum reinkarnasi
muncul saat aku hampir mati. Aku tidak tahu, ada baiknya aku memiliki ingatan
sampai aku berusia 11 tahun tapi sayangnya christoph yang berusia 11 tahun
tidak sama denganku, dan aku berada disituasi dimana aku tidak mengerti bahasa
negeri ini. Aku membutuhkan 1 tahun untuk dapat mempelajari bahasa itu.
Hanya saja itu adalah kejutan besar tapi, di dunia ini yang
dikenal sebagai Hekato, juga ada sihir. Cristoph memang sakit tapi ia diberkati
dengan talenta dalam sihir. Cristoph yang sekarang (aku) mempunyai kekuatan
sihir yang besar. Tapi, bahkan jika aku mempunyai sihir, aku tidak tahu apa-apa
tentang itu. Demi mempelajari bahasa, aku memfokuskan diri dalam membaca, dari
buku bergambar, lalu buku sejarah, dan akhirnya buku sikir.
Ibuku adalah orang yang memelukku waktu itu- wanita cantik
yang mengenakan gaun, meskipun ibu menghentikkanku mempelajari sihir waktu itu,
1 tahun kemudian, karena kondisiku membaik, aku diizinkan untuk mempelajari
sihir.
“Saat kamu menggunakan mana eksternal, kamu bisa mengurangi
penggunaan mana internal. Jadi ayo mulai dari merasakan mana.”
Karena ibu telah memberikan izin, seorang guru pribadi
ditugaskan untuk ku. Saat guru berusia 16 tahun dia(perempuan) telah menjadi
Penyihir Istana dan saat berusia 20 tahun dia ditunjuk oleh kakekku sebagai
Kepala Penyihir untuk wilayah Bryutzels. Sekarang dia masih menjadi Kepala
Penyihir tapi, selain tugas mingguannya, dia menjadi guru sihirku. Bahkan dalam
sejarah Kerajaan Holy Van Damme, dia adalah orang pertama yang menjadi Penyihir
Kerajaan diusia 16 tahun “Itu hanyalah sesuatu yang dapat dilakukan orang
berbakat” kata ayah.
Ayahku, adalah orang yang memerintah wilayah perbatasan Bryutzels
dan merupakan Margrave Dari kerajaan Holy Van Damme. Wilayah perbatasan
Bryutzels cukup luas, dan ketika aku memasuki
masa dewasa aku akan menjadi Viscount, memerintah sebuah kota kecil,
atau begitulah ku dengar.
Sampai saat itu aku harus melatih tubuhku, belajar tentang
sihir, dan belajar untuk memerintah kota. Di Kerajaan Holy Van Damme, usia 15
tahun sudah dianggap dewasa, 3 tahun lagi aku akan berusia 15 tahun, jad aku
akan memasukkan semua yang aku bisa pelajari ke otakku.
Kembali ke cerita, sekarat aku sedang berlatih sihir, aku
tidak merasakan energi sihir sama sekali.
“Master Rosalian, sangat sulit rasanya untuk merasakan
energi sihir.”
“Sihir milik Cristoph-sama sangat banyak, karena itu akan
terasa ceoat atau lambat. Saya juga membutuhkan waktu 2 minggu untuk berlatih
sebelum saya mulai bisa merasakan energi sihir, jadi tidak apa-apa.” Dia memberitahuku
dengan lembut.
“Bagaimanapun juga, toloh coba merasakan energi sihir.”
“Ya, aku mengerti.”
Sepertinya menggunakan sihir cukup mudah. Untuk saat ini,
aku berlatih untuk merasakan energi sihir dengan bermidasi selama 1 jam.
Rasanya menyegarkan.
Setelah latihan sihir, waktunya untuk kenjutsu (latihan
pedang). Gurunya adalah Federer, ketua dari Korps Ksatria.
“Dasar dari ilmu pedang adalah ayunan. Berlatihlah mengayun
sampai kamu bisa mengayun 100 kali, tidak ada batas waktu untuk ini. Jadi,
silahkan mulai.”
Aku tidak ahli dalam kenjutsu. Dikehidupan sebelumnya juga
begitu, tapi Cristoph (aku) tidak baik dalam menggerakan tubuhnya. Pedang yang
kugunakan sama ukurannya sama dengan pedang kayu untuk orang dewasa tapi hanya
dengan 30 ayunan membuatku *hah hah* terengah-engah.
“Jangan gerakan pinggang mu. Tolong ayun lagi. Apakah sudah
mencapai batasnya?”
Aku tidak baik dalam menggerakan tubuhku tahu! Kalau begini,
aku baru akan selesai mengayun 100 kali besok pagi. Aku istirahat makan siang
lalu belajar tentang lingkaran sosial dan tata krama. Terlahir di Jepang
modern, hidup selama 33 tahun sebagai warga biasa, sulit rasanya unttuk
mempelajarinya. Kalau kamu bertanya manakah yang lebih sulit – ilmu pedang atau
tata krama, tidak diragukan lagi jawabannya adalah tata krama.
Guru tata krama ku adalah Kepala Pelayan Hanna. Hanna adalah
orang yang berpengaruh dalam bayangan keluarga Bryutzels, dan ayah juga
berhutang juga berhutang budi kepada Hanna. Heh, aku bertaruh Hanna lah yang
mengganti popok ayah.
“Berdiri tegak, lihat kedepan, dan jangan menunduk.”
Hanna lebih keras daripada yang lain – 3 jam pelajaran,
tanpa istirahat, berjalan dan menari. Ini terlalu banyak.
“Sekarang berputar. Lebih halus saat berputar desu.”
Dengan begitulah 3 jam dihabiskan tapi memikirkannya akan
membuatnya terasa lebih lama lagi.
.. Akhirnya, berakhir juga. Mulai dari sini akan menjadi
waktu luangku. Waktu luang yang sudah ditunggu-tunggu. Aku sudah membaca
grimoire (buku sihir) jadi aku mengerti sedikit tentang sihir tapi, jika aku
tidak bisa merasakan energi sihir itu tidak akan berhasil, jadi aku
menghabiskan waktuku untuk merasakan energi sihir.
Bagaimanapun juga, haruskah aku melakukan meditasi? Karena
latihan ilmu pedang dan tata krama, tenagaku sudah habis, jadi sambil
beristirahat aku akan berlatih merasakan energi sihir.
Sebelumnya | Daftar Isi | Selanjutnya
Tidak ada komentar
Posting Komentar